Mengingat yang lalu tentang cerita yang sudah sudah membuat semakin mengerti dan memaknai. Tak ada yang indah cukup biasa dan sederhana. Ketika keberuntungan tak pernah berpihak, ketika riang enggan menyapa. Smua terlewati. Kecewa, sakit sudah biasa. Tak pernah menyesal karena inilah hidup. Kecewa dan bahagia datang berganti ketika tawa dan tangis datang menanti. Tentang harap yang hanya akan jadi harap dan mimpi yang akan jadi mimpi. Manusia ckup berdoa dan berusaha semua berada ditangan_Nya. Penat, pembodohan saat aku terpaku pada satu titik dimana aku memang bodoh. Tertawa jika aku harus melihat potret dan pewayangan waktu itu. Terlalu dini untuk mengerti tentang apa itu rasa, tentang keberbelit-belitan dan ketetekbengek'an duniawi. Sempat berpikir bahwa hidupku adalah neraka yang lebih neraka dari neraka sebenarnya. Apa salahku? Yang tak pernah sekalipun memilih jalan. Apa yang ada didepanku itulah yang harus kumakan. Enyah dari dunia adalah pilihan mengecutku. Yah? Aku memang pengecut. Tp dulu, saat tak pernah kutemui cahaya lagi. Petang, gelap menyayat. Batinku terkuras saat semua mengering. Tangis, tawa, dan cita.
Tuhanpun tak tinggal diam, aku berada dalam keadaan utuh didetik ini adalah bukti bahwa tangis dan tawa hanya singgah sementara. Telah lalu itu akan tetap jadi pembelajaran teramat mulia, saat keikhlasan dipertaruhkan, saat tangan dan kakiku mulai mendingin semua terjawab bahwa sekarang aku baik-baik saja.
Kupastikan esok bahwaku akan terus menjumpai tangis dan tawa, sulit dan perih, dan ketika rambutku mulai memutih, ketika wajahku mulai mengeriput sekali lagi kukatakan bahwa aku baik-baik saja. Tentang hidup yang seperti neraka yang lebih neraka dari neraka sebenarnya adalah opini dan sugestiku, kamu,dan mereka. Semua memaknai, dan hanya aku, kamu dan mereka. Hidup seperti dineraka yang lebih neraka dari neraka sebenarnya? Atau hidup seperti disurga yang lebih surga dari surga sebenarnya. Katakan bahwa sampai detik ini aku, kamu, dan mereka akan baik-baik saja.
No comments:
Post a Comment