Kurasa semua wanita mempunyai mimpi yang sama.
Suatu saat menikah dengan seseorang yang baik hati, karena lelaki baik hati tidak akan menyakiti, melukai, memaki dan mencaci.
Terikat janji ijab dan membeli dengan mahar yang tak ternego.
Beritikad sehidup semati.
Melengkapi yang kurang lengkap, dan mengisi yang kurang isi.
Walau badai tak kunjung mereda tapi sejoli tetap satu dengan kuat dan tekad yang bulat. Mengingat bahwa kebersamaan dan kesetiaan adalah kunci amanat.
Terlebih jika Yang Maha telah mempercayakan anugerahnya, malaikat kecil yang akan jadi bukti suci janji.
Hamil..
Dengan penuh pengertian suami, kala istri uring2an dan minta mangga muda tengah malam buta. Mencari walau keujung kota. Akankah? Walo tidak kunjung ditemui, juss manggapun jadilah diminimarket terdekat.
Saat perut makin membuncit bak memboyong drum serupa saat dulu pernah mengikuti keanggotaan drumband, tetap sang suami dengan bangga mengoyong2 istrinya kemall untuk membeli beberapa perlengkapan melahirkan.
Dan berkata, "cantik beraura istriku walau dengan perut membuncit mengandung sang buah hati".
Kelahiranpun tiba, suami masih tetap setia menunggui, proyek besar diluar kota rela ditinggalkannya, menggenggam, menguatkan sang istri berjuang antara hidup dan mati. Sungguh mengharukan, saat sang suami menenangkan, "wahai istriku, bertahan dan berjuanglah demi anak kita yang akan datang kedunia menatap wajah ayumu dan merasakan sentuhan hangatmu."
Bismilaah,, sang bayipun terlahir selamat dan sempurna, puji Tuhan yang Maha Kasih.
Tak lupa adzan terhatur lancar nan merdu ditelinga sang jabang bayi.
Dengan isak tangis bahagia, "anak kita sungguh cantik, secantik kamu."
Hari berganti bulan dan tahun.
Dengan penuh keimanan bersama membangun mendidik titipan dengan penuh kasih. Alangkah indahnya dunia.
Tak ♏αΰ apa2 lagi. Cukup bagiku.
Punyai suami yang baik hati dan peri kecil nan ayu.
Berharap tentang datangnya sebuah cerita yang indah esok harinya.
Menyongsong masa depan menatap dunia.
Terus tumbuh dengan sejuta cita gemilang.
Dan aku akan menua bersama suamiku.
Hidup rukun dan tentram menatap nanar haru sang jagoan meraih mimpi.
Rambutku memutih, gigiku merontok, mataku memburam, dan otakku memikun.
Suamiku selalu setia menungguiku didepan rumah kalau2 aku lupa lagi jalan kerumah sepulangku dari surau.
Dan aku lebih memilih untuk mati dahulu dari pada harus melihat suamiku pergi. Karena aku gak sanggup hidup seharipun tanpa dia.
Pada akhirnya aku mampu pergi dengan tenang diatas ranjang empuk nan hangatku.
Suatu saat menikah dengan seseorang yang baik hati, karena lelaki baik hati tidak akan menyakiti, melukai, memaki dan mencaci.
Terikat janji ijab dan membeli dengan mahar yang tak ternego.
Beritikad sehidup semati.
Melengkapi yang kurang lengkap, dan mengisi yang kurang isi.
Walau badai tak kunjung mereda tapi sejoli tetap satu dengan kuat dan tekad yang bulat. Mengingat bahwa kebersamaan dan kesetiaan adalah kunci amanat.
Terlebih jika Yang Maha telah mempercayakan anugerahnya, malaikat kecil yang akan jadi bukti suci janji.
Hamil..
Dengan penuh pengertian suami, kala istri uring2an dan minta mangga muda tengah malam buta. Mencari walau keujung kota. Akankah? Walo tidak kunjung ditemui, juss manggapun jadilah diminimarket terdekat.
Saat perut makin membuncit bak memboyong drum serupa saat dulu pernah mengikuti keanggotaan drumband, tetap sang suami dengan bangga mengoyong2 istrinya kemall untuk membeli beberapa perlengkapan melahirkan.
Dan berkata, "cantik beraura istriku walau dengan perut membuncit mengandung sang buah hati".
Kelahiranpun tiba, suami masih tetap setia menunggui, proyek besar diluar kota rela ditinggalkannya, menggenggam, menguatkan sang istri berjuang antara hidup dan mati. Sungguh mengharukan, saat sang suami menenangkan, "wahai istriku, bertahan dan berjuanglah demi anak kita yang akan datang kedunia menatap wajah ayumu dan merasakan sentuhan hangatmu."
Bismilaah,, sang bayipun terlahir selamat dan sempurna, puji Tuhan yang Maha Kasih.
Tak lupa adzan terhatur lancar nan merdu ditelinga sang jabang bayi.
Dengan isak tangis bahagia, "anak kita sungguh cantik, secantik kamu."
Hari berganti bulan dan tahun.
Dengan penuh keimanan bersama membangun mendidik titipan dengan penuh kasih. Alangkah indahnya dunia.
Tak ♏αΰ apa2 lagi. Cukup bagiku.
Punyai suami yang baik hati dan peri kecil nan ayu.
Berharap tentang datangnya sebuah cerita yang indah esok harinya.
Menyongsong masa depan menatap dunia.
Terus tumbuh dengan sejuta cita gemilang.
Dan aku akan menua bersama suamiku.
Hidup rukun dan tentram menatap nanar haru sang jagoan meraih mimpi.
Rambutku memutih, gigiku merontok, mataku memburam, dan otakku memikun.
Suamiku selalu setia menungguiku didepan rumah kalau2 aku lupa lagi jalan kerumah sepulangku dari surau.
Dan aku lebih memilih untuk mati dahulu dari pada harus melihat suamiku pergi. Karena aku gak sanggup hidup seharipun tanpa dia.
Pada akhirnya aku mampu pergi dengan tenang diatas ranjang empuk nan hangatku.
No comments:
Post a Comment